Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Didorong Jadi Badan Ketahanan Pangan Nasional

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi memaparkan dua langkah besar yang mesti diambil untuk menyelamatkan Bulog yang saat ini sedang menghadapi permasalahan.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, BANDUNG—Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi memaparkan dua langkah besar yang mesti diambil untuk menyelamatkan Bulog yang saat ini sedang menghadapi permasalahan.

Langkah jangka pendek pertama menurut Dedi, yakni beras yang ada di Bulog tersalurkan dan pembelian gabah hasil panen berjalan, maka Bulog mesti diberikan peran untuk pengadaan dan penyaluran beras untuk warga miskin dalam bentuk program bantuan pangan non tunai.

"Bulog mesti diberikan peran untuk pengadaan sampai distribusinya, menyalurkan beras untuk warga tidak mampu," kata Dedi dalam keterangan resmi, Rabu (6/11/2019).

Langkah jangka panjang menurut Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat itu yakni Bulog secara kelembagaan harus berganti menjadi Badan Ketahanan Pangan Nasional.

Fokus badan tersebut, bertugas untuk pengadaan stok pangan nasional dan bertugas untuk penyediaan bahan pangan, menjaga stabilitas harga pangan secara nasional.

"Lembaga ini juga yang melakukan analisa perlu atau tidaknya impor pangan. Badan ini harus setingkat menteri dan tanggungjawan ke preisiden langsung. Dengan demikian badan ini akan kuat dan strategis," tuturnya.

Dedi sendiri sudah menggelar rapat dengan pendapat bersama Dirut Bulog Budi Waseso, di DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (5/11/2019)

Sebelumnya dalam rapat kerja tersebut Budi Waseso menjelaskan kondisi Perum Bulog sebagai penyangga stok beras nasional saat ini kondisinya hampir kolaps.

Beban utang tinggi, dan stok beras 900 ribu ton dari impor, terancam tak bisa dimanfaatkan. Semua itu menjadi beban Bulog.

"Kurang lebih ada 20 ribu ton beras sudah dikarantina, karena rusak parah dan membahayakan untuk dikonsumasi. Bulog juga terancam rugi cukup besar dengan kondisi ini," tandasnya.

Budi menjelaskan, Stok beras di gudang Bulog saat ini mencapai 2,2 juta ton. Namun Bulog tak bisa menyalurkan beras tersebut, tanpa perintah dari pemerintah.

Idealnya lanjut Budi, beras tersebut disalurkan, sehingga saat musim panen pada Maret 2020 bulog bisa mencicil utang yang saat ini didera.

"Saat ini utang Bulog sebesar Rp.28 triliun, dengan bunga setiap hari Rp 9 miliar. Kondisi ini membuat Bulog dalam kondisi berat" ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper