Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebutuhan Industri Pangan Terhadap Garam Jangan Dianggap Remeh

Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) mengingatkan pemerintah untuk tidak menganggap remeh kebutuhan industri nasional terhadap garam impor apabila melihat besarnya kontribusi devisa dari industri aneka pangan berbahan baku garam sepanjang 2016 yang mencapai US$19 miliar.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, BANDUNG - Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) mengingatkan pemerintah untuk tidak menganggap remeh kebutuhan industri nasional terhadap garam impor apabila melihat besarnya kontribusi devisa dari industri aneka pangan berbahan baku garam sepanjang 2016 yang mencapai US$19 miliar.

Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Cucu Sutara mengungkapkan, garam industri  sangat strategis untuk pemenuhan industri aneka pangan nasional seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur, PT Unilever Indonesia Tbk, PT Ajinomoto Indonesia dan lain sebagainya.

"Apakah karena nggak ada garam mereka harus PHK karyawan, tutup pabrik atau pindah ke negara lain. Ini harus menjadi pertimbangan matang pemerintah tentang kelangsungan usaha dan pertumbuhan ekonomi nasional," katanya, kepada Bisnis, Minggu (2/4/2017).

Dia menyebutkan, kebutuhan industri aneka pangan terhadap garam mencapai 450.000 ton setahun. Sebuah nilai yang kecil apabila melihat devisa yang dihasilkan. Izin impor garam industri memang telah dikeluarkan oleh pemerintah, tapi itu kuotanya hanya untuk memenuhi kebutuhan hingga Juni mendatang atau 139.000 ton

Untuk mengatasi kekosongan produksi garam dalam negeri. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan No 125/2015 apabila terjadi musim cuaca yang ekstrim atau gagal panen, Menteri Kelautan dan Perikanan harus menyatakan gagal panen.

Pemerintah wajib menugaskan BUMN yang bergerak di sektor tersebut dalam hal ini PT Garam untuk melaksanakan impor. Ketika mendapatkan rekomendasi, PT Garam dari KKP dan harus mendapatkan penugasan dari Kementerian BUMN untuk memenuhi garam konsumsi.

"Dari kebutuhan per tiga bulan 216.000 ton, PT Garam dikasih tugas mengimpor 75.000 ton untuk garam konsumsi yang didatangkan dari Australia dan India," ucapnya.

Selanjutnya, garam impor yang ada di PT Garam disebar luaskan ke produsen garam konsumsi dan dibagi per wilayah meskipun jumlahnya sangat kurang. Meski begitu, pemerintah membuka peluang impor lagi apabila stok yang ada dianggap sudah semakin menipis.

"Tahun ini tidak ada produksi garam karena cuaca sedang ekstrim. Begitu juga dengan garam industri. Garam industri sudah sangat sulit," paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler