Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menuju Seven Summits, Srikandi Mahitala Unpar Akan Daki Gunung Vinson Massif Antartika

Tim The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Katolik Parahyangan (WISSEMU) akan melakukan pendakian gunung Vinson Massif, Antartika pada Rabu (21/12/2016).
Tim The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Katolik Parahyangan (WISSEMU), Fransiska Dimitri Inkiriwang (kiri) dan Mathilda Dwi Lestari (kanan)/Bisnis-Agne
Tim The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Katolik Parahyangan (WISSEMU), Fransiska Dimitri Inkiriwang (kiri) dan Mathilda Dwi Lestari (kanan)/Bisnis-Agne

Bisnis.com, BANDUNG - Tim The Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Katolik Parahyangan (WISSEMU) akan melakukan pendakian gunung Vinson Massif, Antartika pada Rabu (21/12/2016).

Adapun pendakian kali ini hanya diikuti oleh dua orang yaitu Fransiska Dimitri Inkiriwang (23) dan Mathilda Dwi Lestari (23). Pendaki ketiga yang sebelumnya ikut serta, Dian Indah Carolina (21) belum berkesempatan melanjutkan ekspedisi karena masih dalam masa pemulihan.

Dalam konferensi pers di Bandung pada Senin (19/12/2016), Mathilda mengatakan rekannya tersebut masih dalam masa pemulihan kesehatan dari pendakian Aconcagua.

"Dokter melarangnya mendaki hingga dua tahun. Sehingga, kami berdua yang menyelesaikan misi ini," ujarnya.

Adapun Gunung Vinson Massif Antartika merupakan gunung kelima dari Seven Summits atau tujuh gunung tertinggi di tujuh lempeng benua yang akan didaki para tim WISSEMU dari Mahitala Unpar ini.

Sebelumnya, tim WISSEMU telah berhasil mendaki empat gunung tertinggi di empat lempeng benua berbeda, yaitu Gunung Cartensz Pyramid (5.884 mdpl) yang mewakili lempeng Australasia pada 13 Agustus 2014, Gunung Elbrus (5.642 mdpl) mewakili lempeng Eropa pada 15 Mei 2015, Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl) mewakili lempeng Afrika pada 24 Mei 2015, dan Gunung Aconcagua (6.962 mdpl) pada 1 Februari 2016.

Dua pendakian berikutnya untuk menyelesaikan misi trek Seven Summit antara lain Gunung Denali di Alaska dan Gunung Everest di Nepal.

Fransiska Dimitri Inkiriwang atau yang akrab dipanggil Didi ini memaparkan sejumlah persiapan telah dilakukan keduanya untuk pendakian ini,

"Kami menyiapkan fisik, logistik, pengetahuan. Kami harus tahu pengetahuan terkait tantangan apa yang dihadapi, titik-titik berat yang harus dilewati dan memikirikan cara mengatasai dan melewatinya. Kami mematangkan persiapan kami dari sini," ujar Didi.

Dia menambahkan persiapan yang dilakukan selama ini memang jauh lebih berat dari pendakian sebelumnya.
Hal ini karena Vinson Massif terkenal dengan cuaca ekstrem yang dapat mencapai -40 derajat Celcius. Salju akan menutupi seluruh bagian permukaan Antartika. Pemilihan waktu pada pertengahan Desember 2016 juga bersamaan dengan musim panas di mana matahari berada di wilayah selatan.

Selain itu, Vinson Massif dikenal sebagai benua paling terisolasi dan terbersih di dunia. Hanya sedikit orang yang mendapat izin masuk ke benua tersebut.

Didi dan Mathilda bahkan mengajukan izin sejak 8 bulan lalu dengan persyaratan dan berbagai peraturan yang harus dipenuhi.

Didi menambahkan tantangan berikutnya berkaitan dengan ketinggian. Di ketinggian di atas 3.000 mdpl, oksigen akan menipis. Selain itu, gerak pun akan terbatas.

"Oleh karena itu, kami harus minum sehari 8-10 liter," ujarnya.

Di sisi logistik, dibutuhkan banyak peralatan baru untuk pendakian tersebut. Apollo suit (pakaian seperti kostum astronot), kereta barang (sled), dan peralatan lainnya sudah disiapkan. Untuk asupan perut, Didi dan Mathilda berbekal makanan kalengan dan instan.

Beban mereka akan semakin berat karena tanpa porter dan berkurangnya satu personel.

"Jadi sekarang semua tugas kami bagi berdua, total beban yang akan kami bawa yaitu 50 kg," ucap Didi.

Persiapan fisik juga rutin dilakukan mereka berdua setiap hari melalui latihan dengan lari, beban, yoga, wimhoff, dan renang dengan beban terus bertambah untuk menjaga stamina tubuh.

"Kami harus terbiasa dengan beban kereta (sled) yang ditarik oleh pinggang," kata Mathilda.

Kemudian, sirkuit training di daerah sekitar kampus yang menurun dan menanjak ditambah push up dan spring. Terakhir, lari jarak jauh dengan medan yang curam.

Mathilda mengatakan latihan lari di tempat curam itu merupakan bagian latihan aklimatisasi di mana mereka harus beradaptasi dengan lokasi pendakian. Nantinya, mereka akan naik ke pos pertama dari base camp untuk menyimpan barang lalu kembali ke pos sebelumnya untuk tidur. Hal serupa dilakukan di pos berikutnya. Sehingga badan tidak kaget.

Mathilda menambahkan latihan pernafasan juga sangat penting, mereka bahkan dilatih dengan cara berendam di kolam berisi balok es, dan berupaya mengubah suhu di sekitar agar tidak dingin.

"Rata-rata bisa minus 20 derajat, paling tinggi bisa minus 40, tantangannya saat summer day paling panjang jaraknya," ungkapnya.

Selain itu, persiapan mental juga dilakukan keduanya untuk pendakian ini. Berbagai wejangan dari para pendaki berpengalaman yang juga menjadi bekal mereka.  

"Kami juga sudah diwanti-wanti bahwa pikiran negatif itu mengonsumsi oksigen cukup banyak, kami usahakan ketika kami mendaki, khususnya di summit, kami harus bisa menjaga pikiran kami positif, harus tetap hati-hati, fokus, dan menikmati perjalanan," kata Didi.

Didi mengungkapkan rasa bangganya, gembira, sekaligus gugupnya bisa membawa perempuan Indonesia masuk ke puncak tertinggi di Antartika dan membawa bendera Indonesia.

"Di Dunia untuk perempuan, 7 Summit baru 33 orang dan di Indonesia belum ada.Kami bercita-cita jadi yang pertama," ujar Didi.

Mereka juga berharap perjalanan mereka hingga gunung ketujuh dapat memberikan inspirasi bagi perempuan pendaki di Indonesia. Bahwa, Indonesia mampu sejajar dengan negara lain.

Tim akan berangkat dari Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno Hatta pada 21 Desember 2016 pukul 00.01 WIB. Tim akan tiba di Santiago, Chile pada tanggal yang sama pukul 01.05 waktu setempat. Tim akan bermalam selama lima hari sebelum melanjutkan perjalanan ke Punta Arenas (26 Desember 2016).

Pendakian sendiri akan dimulai dari Vinson Massif base camp pada 1 Januari 2017 dan diperkirakan mencapai puncak pada 4 Januari 2017. Diperkirakan kembali ke Indonesia pada 23 Januari 2017.

Rektor Unpar Mangadar Situmorang mengatakan ini merupakan langkah perempuan pertama untuk mencapai tujuh puncak gunung tertinggi di dunia.

"Sebagai orang tua pasti ada rasa khawatir dan was-was.Tetapi di saat yang sama ada harapan, dukungan, sekaligus doa bahwa perjuangan semacam ini akan berakhir dan berhasil dengan sangat baik," ujarnya.

Dia menambahkan Unpar mendukung penuh kegiatan ini, pihaknya menginginkan melihat bendera merah putih ditancapkan ke puncak tujuh gunung. Bahkan di pendakian sebelumnya, WISSEMU membawa cinderamata dari Jawa Barat di puncak gunung yang ditaklukkan. Dimana sebelumnya yang dibawa Angklung.

Mangadar menambahkan potensi lain yaitu keduanya adalah mahasiswa Unpar yang ada di Bandung Jabar.

"Harapannya potensi Jabar juga akan terekspose ke tataran global diperkenalkan di dunia internasional, ini asa harapan kepada Mathilda dan Didi agar perjuangan mencapai puncak dunia bisa tercapai dan kelak kembali selamat ke Unpar kembali," pungkasnya. (k5)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper