JAKARTA--Jika Anda seorang penggemar telur, tentu pernah mendengar atau mencicipi telur asin, yakni olahan makanan yang dibuat dengan cara mengasinkan telur. Makanan ini sangat populer di daerah Jawa, khususnya wilayah Brebes, Jawa Tengah. Cara mengkonsumsinya bisa dengan memakan begitu saja atau dijadikan saos untuk menggurihkan masakan lain.
Dahulu, telur asin dikenal hanya memiliki satu rasa yang menonjol yakni rasa asin sebagai ekses dari penggunaan garam untuk mengawetkan telur. Kini, ada beberapa variasi rasa yang bisa didapatkan pada telur asin. Misalnya telur asin dengan citarasa udang, telur asin rasa bawang, dan telur asin rasa jahe.
Salah satu produsen yang mewujudkan produk kuliner ini yakni Reginald Indarsin. Dia bersama empat orang rekannya sesama mahasiswa di Universitas Prasetya Mulya School menciptakan brand Terasa yakni anagram dari kata telur asin rasa.
“Telur asin rasa ini cocok dihidangkan bersama nasi uduk dan nasi rawon,” tuturnya.
Pria 21 tahun ini mengatakan dia memulai usahanya awal tahun ini sebagai proyek bisnis untuk tugas kampus. Modal yang dikeluarkan saat itu Rp10 juta untuk melakukan uji coba sekaligus membeli bahan baku telur dari peternak yang ada di daerah Bogor.
Mereka terinspirasi dengan munculnya telur rasa udang yang dibuat oleh pelaku usaha di Jakarta Utara. Dia pun mencari tahu cara pembuatannya dan mulai berkreasi dengan menggunakan bahan udang, bawang serta jahe.
Bahan baku ini dipilih karena mempunyai rasa yang kuat. Telur direndam dan dibaluri dengan adonan bawang, jahe maupun udang sehingga aroma dan citarasanya meresap ke dalam telur.
Proses pembuatan Terasa mirip dengan pembuatan telur asin biasa, yakni memakai bahan baku garam dan tanah merah atau abu gosok sebagai media pembungkus telur. Telur dicuci sampai bersih di air yang mengalir kemudian dilapisi dengan tanah liat yang sudah dicampur dengan bumbu dan garam.
Telur yang digunakan adalah telur bebek yang baru ditelurkan. Ciri-cirinya mudah dilihat, yakni kulitnya masih bersih dan mulus. Bisa juga dites dengan mencelupkannya ke dalam air, telur yang baik akan tenggelam.
Cara lain untuk menilai kualitas telur adalah dengan mengarahkan ke lilin atau senter. Bila telur tampak jernih dan bagian kuningnya di tengah, artinya telur dalam kondisi baik.
“Perbedaaan pada pembuatan Terasa ini, yakni kami menghaluskan kulit telur terlebih dulu, istilahnya diamplas agar lebih tipis karena rasa bawang, udang maupun jahe lebih susah masuk ke dalam telur daripada rasa asin dari garam,” jelasnya.
Proses pembuatan Terasa, mulai dari awal hingga perebusan telur yang sudah diasinkan, memakan waktu dua pekan. Dapur produksinya di Parung, Bogor hanya beroperasi sekali dua pekan dengan kapasitas 200 butir per bulan.
Hasil olahan telur dipasarkan dengan sistem titip jual ke restoran di kawasan BSD Tangerang, Banten. Dengan harga jual Rp6.000, segmen yang diincarnya adalah kalangan masyarakat menengah ke atas.
Reginald menambahkan, bisnis telur asin rasa sejauh ini cukup menguntungkan. “Modal produksi untuk satu telur Rp3.000, harga jual ke konsumen Rp5.000 – Rp6.000. Keuntungannya bisa sampai 50%,” ucapnya.
Menurutnya telur asin rasa sudah mulai diterima oleh publik. Namun diakuinya masih perlu dilakukan edukasi pasar, apalagi harga jual yang mereka tawarkan juga lebih tinggi dari telur asin biasa.
“Sejauh ini minat masyarakat cukup tinggi dan permintannya selalu lebih banyak dari kapasitas produksi kami. Produk kami selalu sold out karena bisa dibilang telur asin rasa ini masih lumayan baru di Indonesia,” ucap pria berkacamata itu.
Ke depannya, Reginald ingin mengembangkan pasar di luar BSD dan mulai masuk ke restoran di kawasan Jakarta.
Dia juga berencana mengoptimalkan pemasaran lewat situs website www.terasa.id dan media sosial seperti Facebook dan Instagram agar bisa menjangkau konsumen yang lebih luas.
“Semoga kelak Terasa akan punya penggemar setia yang memesan secara rutin. Market telur asin di Indonesia besar, bahkan banyak keluarga yang berlangganan,” tambahnya.