Bisnis.com, JAKARTA – Demam bantu akik di Indonesia masih terjadi. Ini tak hanya terjadi di kota-kota besar, termasuk di semua lapisan masyarakat di Indonesia. Batu akik mendadak jadi tren baru.
Siapa sangka asal mula demam batu akik diawali oleh Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Karena SBY lah batu akik menjadi booming. Ternyata, pemicunya adalah cendera mata batu bacan dari Susilo Bambang Yudhoyono kepada Presiden AS Barack Obama.
Setelah pertemuan itu, harga akik langsung melambung.
Sentra penjualan bertebaran di mana-mana, dari pusat belanja mewah hingga lapak pinggir jalan. Penggemar akik datang dari pelbagai kalangan, dari remaja, orang tua, pejabat, hingga kolektor mancanegara.
Batu yang dulunya dikenal dekat dengan dunia mistis ini kini telah menjadi barang seni, simbol status dan materi investasi.
Batu bacan banyak ditemukan di Desa Doko dan Palamea di , Halmahera, Maluku Utara. Masyarakat semakin bergairah menambang lantaran pendapatan dari penambangan batu bacan lebih besar ketimbang penambangan emas.
“Sekali menambang bisa mendapatkan Rp 30-50 juta,” ujar Samsudin, penduduk setempat sebagaimana dikutip dari Bisnis.com, Minggu (14/6/2015).
Setiap dua minggu sekali, ada pembeli yang datang langsung ke Palamea. Satu bongkahan seberat 1 kilogram dengan warna hijau bening dihargai Rp 100 juta.
Biasanya hasil penambangan batu bacan dibagi tiga, 30% untuk pemilik lahan, 5% untuk penyuplai bahan makanan dan 65% untuk penambang.
“Uang dibagi setelah bongkahan batu terjual,” ujar Nurdin, penambang yang lain.
Selain Bacan, batu akik yang juga tengah menjadi perhatian adalah yang berasal dari Sungai Dareh, aliran Sungai Batang Hari, Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat, 250 kilometer dari Padang.
“Batu lumut Sungai Dareh saya jual Rp 8 juta,” kata Jumroni (35), penjual batu akik dari Kabupaten Dharmasraya. Ia menunjukkan batu 2×1 sentimeter berwarna hijau lumut.