Oleh Stefanus Arief Setiaji (web) Perkembangan dunia fotografi kian maju, dari sisi teknologi kamera, aksesoris, sampai dengan tren karya fotonya. Foto yang berlatar pemandangan atau landscape, fotografi manusia atau human interest, mendominasi karya foto yang dihasilkan oleh para pecinta fotografi dewasa ini. Kian kencangnya teknologi, karya foto semakin beragam. Adanya perangkat lunak (software) untuk mengolah foto, menjadikan sebuah foto yang dihasilkan kamera biasa, dapat berubah menjadi luar biasa. Satu karya foto yang masih digemari hingga saat ini adalah foto inframerah. Pada dasarnya fotografi inframerah bukan termasuk gaya baru di dunia foto. Jenis foto ini mulai marak sekitar 2007—2008. Penggemar fotografi M. Noor Eva mengatakan fotografi inframerah banyak dikenal sejalan dengan maraknya fotografi pernikahan atau pre-wedding. “Perbedaan paling nyata dari foto inframerah dibandingkan dengan foto biasa, terletak pada perubahan warna dan kontrasnya,” ujarnya kepada Bisnis. Penyabet jawara nomor dua dalam kompetisi Canon Photomarathon Indonesia 2011 ini menilai foto inframerah merupakan satu solusi bagi pecinta fotografi yang gemar dengan foto-foto landscape. Biasanya, pemburu foto landscape memilih waktu pagi buta atau saat menjelang matahari tenggelam untuk mencari momen dan menghasilkan foto memikat. “Nah inframerah menjadi pengisi waktu kosong dari pagi hingga sore itu, karena foto inframerah akan sangat berhasil dengan warna dan kontras yang menawan saat cahaya matahari terik,” tutur Noor Untuk menghasilkan foto inframerah, ada beberapa cara yang harus dilakukan fotografer. Pertama menggunakan filter pekat seperti jenis R72 atau Cokin 007. Kedua, mengganti hot mirror atau sensor di dalam badan kamera atau biasa dikenal dengan istilah oprek. Jasa oprek Saat ini menemukan kamera oprek inframerah relatif lebih mudah, karena ada beberapa orang yang khusus membuka jasa oprek kamera digital single lens reflex (DSLR) biasa, menjadi kamera inframerah. Biaya tergantung dari jenis kamera yang digunakan, termasuk foto inframerah seperti apa yang ingin dihasilkan. Di Indonesia, nama Dibyo Gahari atau Harlim cukup dikenal di lingkungan penggemar fotografi dengan kemampuan oprek kamera termasuk hasil karyanya. Selain kamera DSLR, oprek kamera inframerah dapat dilakukan di jenis kamera prosumer maupun kamera saku. “Cuma kemampuannya pasti terbatas, karena pengaruh besar kecil sensor didalamnya.” Bila menggunakan filter, seperti R72 atau Cokin 007, fotografer disarankan menggunakan penyangga kamera atau tripod, karena sifat filter yang terlalu pekat akan membuat kecepatan rana berkurang sehingga daya tangkap obyek menjadi lambat. “Kelemahan menggunakan filter adalah pemotretan menjadi lebih sulit karena dengan filter yang terpasang di lensa, view menjadi lebih pekat sehingga dalam mengontrol fokus agak kesulitan,” papar Noor. Namun, dari sisi biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan foto inframerah dengan filter lebih terjangkau, karena tinggal membeli filter dan peralatan pendukungnya. “Selain kamera tetap normal, dari sisi biaya lebih murah. Kalau menggunakan oprek memang sedikit mahal, tetapi ada bagian kamera yang harus dicopot, meski sekarang kalau orang bosan dengan inframerah, bisa dikembalikan lagi,” paparnya. Meski tak semarak saat pertama kali muncul, penggemar fotografi inframerah masih saja bertahan. Mereka membentuk komunitas sendiri pengguna dan penggemar kamera inframerah. Komunitas ini kerap berkumpul untuk sekadar saling bertukar pikiran tentang fotografi inframerah. “Saat ini inframerah hampir bisa digunakan untuk segala macam kebutuhan foto, baik pemandangan, human interest, sampai dengan foto model,” ungkapnya. (MSU)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

5 menit yang lalu
Hati-hati RI Ekspor Beras ke Malaysia
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
