Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Romantisme kartu Lebaran di era digital

Oleh Ixora Tri Devi

Oleh Ixora Tri Devi Beberapa puluh tahun lalu, Edi Rukandi, 72, selalu menantikan datangnya momen Lebaran. Bagi Edi, Idulfitri bukan hanya menjadi ajang untuk berkumpul bersama keluarga, tapi juga merupakan waktu bagi ayah lima anak ini untuk meraup keuntungan besar dari penjualan kartu ucapan selamat hari raya itu. Sayangnya, tidak demikian dengan beberapa tahun belakangan ini. Semenjak hadirnya telepon seluler dengan fitur pesan pendek, serta berkembangnya media jejaring sosial lewat Internet, kartu lebaran seolah dilupakan oleh para pecintanya. Pria asal Ciamis yang sehari-hari menjual perlengkapan pos di depan kantor PT. Pos cabang Jalan Asia Afrika Bandung ini mulai menjual kartu lebaran sejak tahun 1958. Menurut pengakuannya, tren pengiriman kartu lebaran booming pada era 70an sampai 90an. “Kalau dulu pembelian dimisalkan mencapai 100%, sekarang tinggal 5% yang masih membeli kartu lebaran,” ujar Edi. “Sekarang yang masih membeli kartu lebaran adalah mereka yang masih mempertahankan tradisi dari zaman dahulu. Kalau kirim sms kan hanya bentuk digital, kalau ini ada buktinya. Kenang-kenangan,” lanjut pria sederhana yang tampil rapi dengan kemeja dan celana kain berwarna hitam saat ditemui bisnis-jabar.com di tempat kerjanya. Kartu yang Edi dan kawan-kawannya jual sesama penjaja kartu lebaran di depan PT. Pos Asia Afrika mereka peroleh dari Toko Jaya Usaha yang terletak di Jalan Dalam Kaum no. 20 Bandung. Pemiliki toko tersebut, Apo Damidi, 66, mengakui penurunan jumlah pembeli kartu lebaran di tempatnya. “Sekarang susah. Dulu kita bisa ambil kartu dari tiga perusahaan pemasok kartu lebaran. Sekarang ambil dari satu perusahaan saja yang menawarkan harga paling murah,” ujar Apo. Pemilik toko yang sudah berdiri sejak tahun 1965 ini mengakui kartu lebaran pernah menjadi primadona di tokonya. “Ada masanya para remaja era ‘70an rebutan kartu pos, terutama yang bikinan Amri Yahya, pelukis terkenal dari Yogyakarta,” kisah Apo. Dia melanjutkan, saat itu keuntungan yang dia dapat mencapai angka Rp 70juta untuk penjualan kartu lebaran. “Kalau sekarang mah memble,” ujarnya. Apo mengisahkan, dahulu dia menjadi pemasok bagi 30 penjual kartu lebaran yang tersebar mulai dari daerah Kosambi sampai dengan Cimahi. Saat ini yang masih membeli kartu lebaran dari tokonya hanya Edi dan kawan-kawan. “Dulu setiap 2-3 hari pemasok datang untuk menambah stok kartu lebaran. Sekarang pemasok hanya datang satu kali,” tutur pria keturunan Tiong Hoa yang sempat ditahan pihak kepolisian Bandung karena menjual kartu Imlek sekitar tahun 1970an. Dia mengaku, saat ini dia hanya menjual kartu lebaran dengan kisaran harga Rp 2.000 – Rp 3.000. Pria berkacamata ini mengaku dirinya diminta untuk menjual kartu lebaran buatan pelukis asal Jakata, namun dia menolak dengan alasan harga yang dipatok terlalu mahal. “Rasanya sekarang sudah tidak bisa lagi menjual kartu lebaran yang mahal, misalnya di harga Rp 10.000. Saat ini yang lebih banyak membeli kartu lebaran itu bukan perorangan, melainkan instansi, bank, dan asuransi. Mereka mengirimkan untuk para nasabah. Kalau perorangan sekarang paling kartu lebaran kecil untuk ditempel di parcel,” kata Apo. Sepinya peminat kartu lebaran, menginspirasi beberapa cabang PT. Pos untuk memberikan jasa kartu lebaran gratis. Namun, sepengamatan Apo, inisiatif PT. Pos yang memberikan kartu lebaran gratis untuk kembali menggenjot jumlah pengiriman kartu lebaran tidak efektif. “Walaupun kartu lebarannya gratis, tapi perangkonya tetap saja mahal. Tentu saja orang lebih memilih kirim sms, apalagi sekarang banyak sms gratis,” tutur Apo. Pria ramah yang murah senyum ini melanjutkan, prospek penjualan kartu lebaran sudah tidak secerah dulu, bahkan awan kelabu terus berada di atas bisnis ini. Tetapi, walaupun diterjang dengan derasnya arus digitalisasi, Apo tetap setia menyediakan kartu lebaran bagi mereka, orang-orang romantis, serta tentu saja pihak bank, asurasnsi, dan instansi. (fsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper