Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

'Ritual' wisata di Punclut Bandung yang menyegarkan

Minggu pagi itu, di penghujung musim hujan, langit di Bandung utara terlihat cerah. Embun pagi masih terlihat takzim memayungi alam. Sesekali saya menghirup napas dalam-dalam. Sungguh segar aroma pagi hari saat itu.

Minggu pagi itu, di penghujung musim hujan, langit di Bandung utara terlihat cerah. Embun pagi masih terlihat takzim memayungi alam. Sesekali saya menghirup napas dalam-dalam. Sungguh segar aroma pagi hari saat itu. Di sebelah utara Kota Bandung, tepatnya di Jalan Bukit Raya Punclut Kelurahan Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap, ribuan orang berjibun menelusuri jalan yang membentang sepanjang lebih dari 5 km tersebut. Di tempat tersebut mereka ada yang sedang asyik jogging, duduk-duduk sambil menyantap aneka hidangan di warung yang terhampar sepanjang jalan, atau sengaja berbelanja di pasar dadakan yang menjual sayur mayur segar, mainan anak-anak, kelinci, hamster atau aneka khas cemilan pagi hari. Akhir pekan selalu menjadi pilihan sebagian masyarakat untuk berkunjung ke tempat yang dikenal dengan Punclut tersebut. Seolah, kawasan yang merupakan daerah resapan air itu, bersaing dengan kawasan Gasibu di Jl. Diponegoro sebagai tujuan melepas penat di Minggu pagi. Alasan mengunjungi Punclut tentu saja bisa beragam, seperti untuk jogging, kumpul-kumpul bersama keluarga, atau menikmati aneka kuliner yang umumnya menu makan khas Sunda. Tidak susah untuk mengunjungi Punclut, karena ‘pintu gerbang’—nya  berhadapan dengan RS TNI AU Dr Salamun Bandung. Untuk mencapai ke sana,  warga yang enggan membawa kendaraan pribadi, bisa menggunakan angkutan kota (angkot) dari Jl. Cihampelas jurusan Ciumbuleuit, dan turun di depan RS tersebut. Begitu turun, langsung saja masuk ke ‘gerbang’ Punclut yang akan disambut oleh para pedagang di sisi jalan yang terus menanjak. Jalan yang membentang di sepanjang lokasi tersebut memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Track-nya, tidak rata dan bergelombang. Lumayan pegel lah, bagi yang tidak terbiasa berolahraga. Kalau memang tidak mau capai atau berkeringat, naik saja kuda sewaan yang akan membawa hingga ke dataran paling tinggi. Tapi asal tahu saja, penyewa kuda ini biasanya anak-anak. Nah lho. Meskipun tanjakan cukup terjal, itulah tantangan bagi setiap pengunjung yang datang ke sana. Tidak apa lah kalau laju perjalanan kadang terhalang oleh kerumuman orang yang sedang menawar barang. Kita pun harus rela menepi kalau ada motor penduduk yang ’minta jalan’. Banyak dagangan Ahmad Setiyaji (37), salah seorang pengunjung, mengatakan dirinya selalu menyempatkan diri untuk datang minimal satu kali dalam satu bulan. Alasannya, tempatnya sejuk dan banyak barang yang dijual dengan harga yang terjangkau. Menurut warga Jalan Kopo Bandung ini, ada perasaan tertentu ketika berada di puncak Punclut, terutama saat memandang hamparan Bandung dari puncak tersebut. “Senang saja ketika berada di puncak, saya bisa melihat pemandangan seluruh kota,” ujarnya. Setiyaji menuturkan dirinya bersama keluarga biasanya berjalan kaki hingga ke dataran paling tinggi. Setelah mencapai puncak, aktivitas mereka diakhiri dengan menyantap aneka makanan tradisional di warung makan yang bangunannya sederhana. Menu favorit warung makan di sini adalah nasi merah, aneka pepes dan ikan bakar, atau bila anda suka, petai. Pengunjung yang datang ke lokasi tersebut ternyata bukan hanya dari masyarakat Bandung, tetapi adapula yang berasal dari luar kota. Salah satunya adalah Aditya Priyanto (30) dari Jakarta. Aditya menuturkan dirinya menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat wisata spesial. “Setiap ke Bandung, saya selalu menyempatkan waktu untuk datang ke sini,” ujar alumni Universitas Katolik Parahyangan ini. Aditya mengenal Punclut ketika dirinya masih duduk di bangku kuliah. Hal yang selalu terkenang di dalam dirinya adalah pemandangan alam yang indah. Selain itu, makanan khas Punclut juga menjadi daya tarik Aditya. Dirinya bisa berkumpul bersama teman-temannya sambil menikmati semilir angin khas pegunungan. “Ketika berada di sini, terasa segar,” tutur Aditya yang datang ke Bandung bersama keluarganya di long weekend kali ini. Udara pagi hari di Punclut memang masih segar. Tapi kondisi lingkungannya, sangat berbeda dibandingkan dengan awal 1980-an. Dulu, nyaris tidak ada rumah di kiri kanan jalan setapak yang menanjak. Tapi sekarang, sejak pintu masuk hingga dataran paling tinggi, rumah-rumah permanen sudah berdiri, seperti berebut lahan dengan warung-warung makan berdinding kayu dan berlantai bambu. Sebuah SMP negeri juga dibangun di kawasan tersebut. Mobil pun kini bisa ’menerobos’ hingga ke puncak Punclut. Ketua RT 08/03 Ciumbuleuit Asep Sutari (42) mengemukakan kawasan tersebut berkembang seiring dengan program pengaspalan jalan setapak. Sebelumnya, jalan yang membentang di sana hanya beralaskan tanah dan batu layaknya jalan pegunungan. Namun, ungkapnya, pemerintah kota dalam beberapa tahun terkahir membangun jalan aspal yang membentang hingga ke Lembang, Kabupaten Bandung Barat. ”Akibat dari pembangunan jalan aspal tersebut, pembangunan rumah dan warung permanen berkembang pesat,” tuturnya. Kawasan Punclut yang mestinya menjadi ruang terbuka hijau mulai ramai sejak 1980-an. Itu bermula ketika orang-orang bule dan keturunan China memanfaatkan daerah itu untuk lokasi jogging. “Sesuai dengan perkembangan zaman, tempat ini berkembang menjadi seperti sekarang ini,” kata penduduk asli kawasan Punclut ini. Sebagai tempat jogging, kawasan ini sekarang diramaikan oleh lebih dari 500 pedagang yang mengais rezeki di kanan kiri jalan untuk pejalan kaki. Pemkot Bandung pun berencana untuk melokalisasi para pedagang ini. Namun, kata Asep, jika itu dilakukan, ciri khas Punclut akan hilang. “Saya yakin kalau pedagang dipindahkan, Punclut akan sepi,” tuturnya. (Herdiyan)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler