Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh....Indonesia Darurat Garam

Indonesia dinilai mengalami darurat garam. Bahkan, sejumlah industri telah berhenti beroperasi akibat tidak adanya garam sebagai bahan baku. Total kebutuhan garam nasional mencapai 4,2 juta ton.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, BANDUNG - Indonesia dinilai mengalami darurat garam. Bahkan, sejumlah industri telah berhenti beroperasi akibat tidak adanya garam sebagai bahan baku. Total kebutuhan garam nasional mencapai 4,2 juta ton.

Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI), Cucu Sutara mengatakan, berdasarkan angka kebutuhan garam yang disampaikan masing-masing industri pengguna garam mencapai 4,23 juta ton.

"Stok garam nasional pada awal tahun itu tinggal 112.671 ton dan saat ini sudah tidak ada stok lagi," katanya, kepada wartawan di Bandung, Selasa (14/2/2017).

Dia menjelaskan, kebutuhan garam Indonesia untuk tahun 2017 berbanding terbalik dengan produksi garam yang dihasilkan oleh petani garam dalam negeri yang mengalami gagal panen pada 2016 akibat dampak musim kemarau basah atau La Nina.

Garam yang mampu diproduksi oleh industri dalam negeri maupun petani hanya mencapai 116.000 ton dan sekitar 30.000 ton-nya disumbang oleh petani garam yang berada di wilayah Jawa Barat.

Kebutuhan garam untuk sektor konsumsi dalam negeri setiap tahunnya mencapai 750.000 ton. Sedangkan kebutuhan industri terhadap garam jauh lebih besar lagi menembus angka 3 juta ton setiap tahunnya.

Menurutnya, industri yang selama ini memerlukan garam antara lain terdiri dari industri pangan dan non pangan. Kebutuhan industri khususnya makanan dan minuman terhadap garam setiap tahunnya mencapai 450.000 ton, pengasinan ikan 400.000 ton per tahun, untuk penyamakan 50.000 ton per tahun dan feedmill 200.000 ton.

"Kemudian untuk pengeboran minyak 50.000 ton, untuk industri farmasi 3.000 ribu ton, industri tekstil 200.000 ton, untuk kebutuhan pembuatan sabun dan detergen 30.000 ton per tahun dan kebutuhan garam terbesar itu dibutuhkan untuk industri petrokimia dan industri kertas dan bubur kertas 2 juta ton," ujarnya.

Selain karena musim La Nina yang terjadi sepanjang tahun, minimnya kontribusi garam nasional adalah praktik pengolahan yang masih konvensional. Sementara, negara lain seperti Australia sudah mengandalkan teknologi sehingga garam yang dihasilkan berstandar tinggi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler