Bisnis.com, BANDUNG - Para pelaku bisnis properti memandang optimistis penjualan akan moncer di tahun ini. Untuk itu, masa restorasi ini menyebabkan para pengembang real estat harus memutar otak guna menyusun taktik pemasaran.
Wasudewan, Country Manager Rumah.com mengungkapkan, apabila berpijak pada data Bank Indonesia, sepanjang kuartal ketiga tahun lalu sebanyak 56,24% pengembang di Indonesia mengandalkan dana internal perusahaan sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan proyek mereka.
"Tak ada pilihan, bagi para pengembang kecuali harus semakin kreatif dalam mengangkat keunggulan proyeknya di tahun ini agar cepat diserap pasar," katanya, dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Kamis (19/1/2017).
Menurut data tersebut, komposisi sumber pendanaan para pengembang adalah laba ditahan (48,79%), modal disetor (38,40%), lainnya (9,46%), dan joint venture (3,35%). Dana yang sudah dikeluarkan perusahaan (pengembang) harus dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga bisa mencetak laba dalam waktu relatif singkat.
Direktur PT. Synthesis Kreasi Utama, Julius J. Warouw, meyakini bahwa pada tahun 2017 produk properti yang hadir di Indonesia akan semakin beragam. “Tidak hanya produk, tetapi juga bakal banyak pengembang asing yang mengembangkan proyek di sini,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi serbuan itu, Julius mengungkapkan, para developer dituntut agar lebih kreatif. Mulai 2017, Synthesis Development yang semula menghadirkan proyek berupa high rise building (apartemen) telah berencana membangun rumah tapak (landed house) pada tahun 2017.
“Penting bagi developer lokal untuk terus mencari ide dan kreativitas. Bukan cuma sekedar menyuguhkan sisi desain atau fasilitas menarik, tapi juga harus tahu kebutuhan masyarakat saat ini,” terangnya.
Sementara itu, Julius mengakui, meski pasar tengah dalam kondisi lesu, tapi faktanya angka penjualan properti milik Synthesis selama 2016 malah mengalami peningkatan signifikan di hampir semua lini, baik itu proyek kelas menengah bawah maupun menengah atas.
Efek Tax Amnesty Bagi Penjualan
Sales Manager Podomoro Golf View, Lucky Tedja, menganggap pasar properti 2017 sebagai peluang sekaligus tantangan. “Peluang dan tantangan itu kami hadapi dengan melahirkan produk baru yang bertujuan membantu Pemerintah dalam menyukseskan
Program Satu Juta Rumah. Itu yang menjadi strategi kami di tahun 2017,” ujarnya.
Menurut Lucky, ada beberapa kebijakan Pemerintah di tahun lalu yang masih perlu diteruskan hingga tahun ini guna menyokong pertumbuhan daya beli masyarakat di sektor properti. Dan salah satunya terkait tax amnesty alias pengampunan pajak.
“Ini merupakan kebijakan bagus yang sangat mampu mendongkrak penjualan properti, khususnya bagi Agung Podomoro Land (APL).”
Pelaku Properti Dituntut Lebih Kreatif
Para pelaku bisnis properti memandang optimistis penjualan akan moncer di tahun ini. Untuk itu, masa restorasi ini menyebabkan para pengembang real estat harus memutar otak guna menyusun taktik pemasaran.n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
14 jam yang lalu
Kisi-Kisi untuk Pemegang Saham GOTO Soal Laju 2025
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
2 hari yang lalu
Dekranasda Gelar Pameran Jendela Jawa Barat di Bali
2 hari yang lalu