Oleh: Suhervandri Situs jejaring sosial terkadang memang mampu membawa nasib baik bagi seseorang. Seorang anak muda Bandung, berhasil mendongrak penjualan keripik bermerek Maicih melalui Facebook dan Twitter, sebagai produk yang digandrungi anak-anak muda. Kini, omzet perjualan produknya mencapai Rp33 juta per hari. Keripik pedas sering diidentikan dengan makanan kampung. Produk popular ini biasanya gampang ditemukan di warung dan dijual secara eceran. Namun, ada pula keripik pedas yang dapat dipesan melalui jejaring sosial Twitter atau Facebook. Reza Nurhilman, menyulap keripik pedas biasa menjadi keripik pedas yang dicari-cari oleh banyak konsumen. Dengan brand Maicih, keripik produksi Reza sedang digandrungi oleh masyarakat Bandung, terutama anak muda. Riwayat bisnis keripik Maicih bermula ketika Reza bertemu dengan ibu-ibu paruh baya yang disebutnya maestro keripik, tiga tahun lalu. Ibu tersebut memproduksi keripik singkong secara musiman dan distribusinya pun pun tidak terlampau banyak. Reza mencicipi keripik buatan Ibu ini. “Rasanya enak dan gurih,” katanya kepada bisnis-jabar.com. Sebuah ide pun muncul di kepala Reza. Dia ingin membantu distribusi produk keripik ini. Dia pun menggalang kerja sama dan langsung membuat konsep pemasaran keripik Maicih. Reza mengumpulkan kawan-kawannya dan mulai menggarap pasar keripik. Dia melabeli keripik buataan ibu ini dengan nama Maicih. Nama tersebut, merupakan dedikasi bagi ibu paruh baya yang dipanggilnya dengan sebutan Ma Icih. Reza mengonsep keripik ini dengan memunculkan lima tingkat taraf kepedasan. Mulai dari kadar satu hingga lima atau sangat pedas. Lalu dia mengobservasi pasar dengan kadar kepedasan tersebut. Ternyata kadar tiga dan lima paling banyak digemari. Mulailah dia memproduksi keripik dengan kadar kepedasan tiga dan lima. Kadar kepedasan tiga dikemas bungkus abu-abu. Sedangkan kadar kepedasan lima berwarna merah. “Abu-abu untuk keripik pedas, merah untuk keripik sangat pedas,” katanya. Ada tiga varian keripik Maicih. Keripik singkong, basreng, dan gurilem. Kadar kepedasan pun ada yang diproduksi ada yang mencapai taraf 10. Lebih pedas dua kali lipat dari nomor lima. Tapi nomor 10 hanya untuk permintaan khusus. Selain tingkat kepedasan, yang membedakan keripik ini dengan keripik lainnya adalah proses distribusi. Awal produksi dalam pembentukan pasar, Reza dan tim mendistribusikan keripik Maicih dengan sistem COD. Keripik Maicih dipesan, lalu Reza dan tim akan mengantarkan pesanan. “Selama tiga bulan kami mencari konsumen dengan sistem distribusi ini, Sampai pada akhirnya keadaan berbalik. Sekarang konsumen yang mencari-cari Maicih,” ujarnya. Sekarang, konsumen harus memesan terlebih dahulu melalui Twitter maupun Facebook. Setelah pesanan banyak, Twitter maupun Facebook Maicih akan menginformasikan tempat penjualan, sehingga konsumen bisa membelinya. Reza memanfaatkan media jejaring social membentuk pasar. Konsumen biasanya akan menulis pada dinding akun Maicih. Lalu, followers Twitter itu dibuat penasaran dengan Maicih. Pada akhirnya mereka mulai mencoba membeli dan menyebarkannya lagi kepada yang lain. Hal seperti ini terus berlajut dari satu orang ke orang lainnya. “Menggunakan Twitter, itu seperti iklan dengan biaya murah namun efeknya seperti bola salju. Lama-lama semakin besar,” ujarnya. Taktik seperti ini memang cukup ampuh. Sekarang peminat Maicih menggelembung. Terbukti, saat peluncuran produk keripik varian baru, 12 Maret lalu, keripik Maicih yang dijual sebayak 5.000 bungkus mampu membuat konsumen untuk mengantri sepanjang 1 km selama 5 jam. Mereka yang sangat suka dengan Maicih menyebut dirinya sebagai Icihers. Icihers ini pula yang ikut membantu membesarkan nama Maicih. Marchendise berupa t-shirt pun sekarang ada untuk para Icihers. Maicih benar-benar telah menjadi perbincangan. Keripik home industri di Sariwangi, Jerokaso, dan Cililin ini makin digemari. Modal yang dikeluarkan Reza untuk memproduksi Maicih dulu hanya Rp2juta. Sekarang omset per harinya bisa mencapai Rp33juta. Keripik Maicih juga sudah sampai ke Jakarta, Bekasi, Bogor, Sukabumi, bahkan Yogjakarta. Harga jual Maicih ukuran 250 gram seharga Rp15.000 sedang untuk basreng 2 ons Rp13.000. Reza mengatakan varian keripik akan terus dikembangkan untuk menjawab kebutuhan pasar seperti seblak atau kerupuk pedas. Di sisi lain, Reza dan rekan-rekannya berencana mewujudkan Maicih Café. Produk sajian tentu diselaraskan dengan imej Maicih. “Itu merupakan proyek jangka panjang. Jika para icihers terus bertambah banyak.” (Yanto Rachmat/hh) Keripik Maicih Penjualan Nomaden Twitter: @infomaicih Facebook: #maicih
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

5 hari yang lalu
Jabar Targetkan Bentuk 5.957 Koperasi Desa Merah Putih

15 jam yang lalu
Fraksi PDIP Walk Out, Dedi Mulyadi: Saya Tidak Partisan
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
