Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemkab Cirebon Sudah Minta Kepada KKP untuk Maksimalkan Potensi Kelautan

Potensi kelautan yang ada di Kabupaten Cirebon sangat besar dengan garis pantai sepanjang 77,97 kilometer. Sehingga, sebagian besar warga di sekitar pesisir bekerja sebagai nelayan.
Lahan pertanian garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat./Bisnis-Hakim Baihaqi
Lahan pertanian garam di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat./Bisnis-Hakim Baihaqi

Bisnis.com, CIREBON - Bupati Cirebon, Imron Rosyadi meminta bantuan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk memaksimalkan potensi kelautan yang ada di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Imron menambahkan,‎ potensi kelautan yang ada di Kabupaten Cirebon sangat besar dengan garis pantai sepanjang 77,97 kilometer. Sehingga, sebagian besar warga di sekitar pesisir bekerja sebagai nelayan.

"Ada sekitar 17 ribu warga Kabupaten Cirebon yang menjadi nelayan, dengan jumlah armada sebanyak 6.794 kapal," kata Imron di Kabupaten Cirebon, Rabu (8/7/2020).

‎Seluruh nelayan di Kabupaten Cirebon, kata Imron, mengeluhkan adanya pendangkalan di muara sungai, sehingga menyulitkan membawa hasil tangkapan dari laut menuju daratan.

Muara sungai tersebut di antaranya, Mundu, Gebang, dan Losari.

Imron mengatakan, selain nelayan, keluhan pun dirasakan oleh para petani garam di Kabupaten Cirebon karena masih mengalami kesulitan untuk melakukan pemasaran‎ dan masih dihantui harga garam yang terus anjlok.

‎Ia menambahkan, kalau nelayan dan petani di Kabupaten Cirebon bisa sejahtera serta maju, maku Kabupaten Cirebon bisa lebih maju dibandingkan dengan daerah pesisir pantai utara lainnya.

Petani garam di Desa Rawa Urip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, terpaksa menyimpan garam hasil produksi pada musim hujan saat ini. Diketahui, Harga garam di wilayah Cirebon hanya dijual sebesar Rp 250 sampai 300 perkilogram.

Petani garam dari Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Ismail Marzuki (32), mengatakan, dimusim hujan saat ini, biasanya harga garam mengalami kenaikan harga hingga Rp700 sampai Rp1.000 perkilogramnya.

Hal tersebut lantaran, seluruh petani garam, tidak terkecuali di daerah Kecamatan Pangenan, menghentikan proses produksi garam karena guyuran hujan merusak proses kristalisasi garam.

"Biasanya kalau tidak ada produksi, harga garam pasti naik. Ini sama sekali tidak," kata Ismail.

Ismail menambahkan, selain pengaruh musim hujan beberapa waktu lalu, para tengkulak garam yang biasa menjual garam pun kesulitan menjual karena jarang adanya permintaan dari pembeli dengan jumlah kuantitas besar.

Garam yang menumpuk di dalam gudang pun, kata Ismail, akan dijual pada musim kemarau mendatang atau saat adanya permintaan besar dari tengkulak.

"Kemungkinan besar, garam impor masih banyak beredar. Jadi merusak harga dan pasaran garam lokal. Stok gram beberapa tahun lalu juga masih menumpuk," katanya.

Selain itu, para petani garam di Kecamatan Pangenan pun, sebagian besar beralih profesi menjadi petani padi atau bawang di wilayah Cirebon bagian timur dan merantau ke kota luar menjadi buruh serabutan.

"Mereka akan balik lagi saat musim tanam. Tetapi kalau harga garam anjlok sampai di bawah Rp100, akan lebih lama," katanya. (K45)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper