Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Status Negara Berkembang Indonesia Dicabut, Tekstil Jawa Barat Terpukul

Industri garmen dan pakaian jadi Jawa Barat dipastikan terpukul dengan kebijakan Amerika Serikat menghapus Indonesia dari daftar negara berkembang.
Pabrik tekstil/Bisnis
Pabrik tekstil/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG—Industri garmen dan pakaian jadi Jawa Barat dipastikan terpukul dengan kebijakan Amerika Serikat menghapus Indonesia dari daftar negara berkembang.

Sekretaris Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat Kevin Hartanto mengatakan keputusan Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (AS) atau Office of the US Trade Representative (USTR) mencabut preferensi khusus untuk daftar anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memberi dampak besar.

“Ini berdampak buat yang ekspor ke sana. Kita tahu pakaian jadi tujuan ekspornya lebih banyak ke Amerika. Kalau statusnya jadi negara maju, ini berat,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (24/2/2020).

Menurutnya dari sektor tekstil dan produk tekstil, ekspor pakaian jadi menjadi penyumbang neraca perdagangan Indonesia. Pihaknya mengaku kebijakan ini mengejutkan karena pengusaha sebetulnya tengah mengincar peluang dari perang dagang Amerika dan China.

“Amerika menerapkan ini ada maksud terselubung, sebelumnya ekspor kita bisa menambah porsinya sekarang bisa jadi mundur gara-gara kebijakan ini. Kita bisa dituduh dumping, padahal share [produk garmen] kita hanya 1% saja dari kebutuhan, beda dengan China yang memenuhi 40% kebutuhan dunia,” katanya.

Ekspor di sektor garmen menurutnya bisa jadi makin babak belur mengingat Indonesia tengah bersaing keras dengan Vietnam. Kevin menilai dengan jumlah produksi yang berjarak sekian persen dengan Vietnam, maka pengusaha garmen dan produk tekstil di Jawa Barat dan Jawa Tengah bakal terdampak signifkan.

“Ekspor ke Amerika itu paling besar, Jawa Barat dan Jawa Tengah paling banyak memasok ke sana. Tidak ada peluang positif dari kebijakan ini, status negara maju itu berat. Posisi saing kita dengan negara di Asean, meskipun dari sisi produk lebih ungguk tapi adanya aturan ini jadi susah, ” ujarnya.

Namun Kevin melihat persaingan Indonesia dengan Vietnam akan turut mengendur mengingat negara tersebut juga terkena kebijakan dari Amerika Serikat. Indonesia menurutnya bisa mengambil peluang dari imbal dagang dengan Amerika.

“Kita masih berharap bisa menggenjot lewat imbal dagang, kita ambil kapas banyak dari saja kita minta ekspor bisa lebih,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper