Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Jabar Beberkan Lima Risiko Ekonomi 2020

Jelang tahun 2020, Bank Indonesia mengemukakan lima risiko ekonomi tahun depan.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG--Jelang tahun 2020, Bank Indonesia mengemukakan lima risiko ekonomi tahun depan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Doni P. Joewono melihat risiko perang dagang yang kemungkinan belum usai pada 2020.

"Tidak ramahnya kondisi ekonomi global sepanjang tahun 2019, yang ditandai dengan meluasnya perang dagang," papar Doni dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Jawa Barat, Kamis (12/12/2019).

Oleh sebab itu, BI mengingatkan lima risiko ekonomi tersebut kepada pemerintah provinsi Jawa Barat, bankir, pengusaha, dan akademisi serta instansi keuangan lainnya yang hadir dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Jawa Barat 2019.

Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia menurun drastis di tahun 2019, dan kemungkinan belum pulih pada 2020.

Kedua, kebijakan moneter sendiri belum tentu selalu efektif, dan diperlukan sinergi bauran kebijakan ekonomi nasional yang meliputi moneter, fiskal dan reformasi struktural.

Ketiga, volatilitas arus modal asing dan nilai tukar berlanjut oleh karena itu perlu didukung dengan kemudahan investasi dan promosi untuk menarik modal asing, khususnya PMA.

Keempat¸ digitalisasi meningkat pesat sehingga perlu integrase ekonomi keuangan digital secara nasional.

Kelima, teknologi digital juga mengubah perilaku manusia, dimana hal ini memerlukan perubahan model bisnis, dan upgrading skill tenaga kerja.

Kendati demikian, Doni menuturkan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada 2020 diperkirakan meningkat.

"Optimisme ini ditopang permintaan domestik, konsumsi dan investasi," paparnya.

Adapun, inflasi Jawa Barat relatif terkendali sesuai sasaran target 3,5+1% pada akhir 2019 (sekitar 3,4%) dan diyakini dapat terkendali sesuai sasaran 3,0+1% pada 2020.

Perkembangan ini menandai rendahnya inflasi selama lima tahun terakhir yang mendukung daya beli masyarakat.

Searah dengan kondisi nasional, Doni menuturkan stabilitas sistem keuangan Jawa Barat terjaga.

Permodalan tinggi, rasio Non Performing Loan (NPL) rendah, likuiditas cukup. Kredit perbankan yang tumbuh terbatas pada 2019, diharapkan dapat meningkat pada 2020, dengan turunnya suku bunga dan membaiknya prospek ekonomi.

Menurut Doni, BI memperkirakan kredit di Jawa Barat akan tumbuh sebesar 10% pada 2020.

Dukungan kebijakan moneter Bank Indonesia melalui penurunan suku bunga yang telah dilakukan 4 kali sejak Juli 2019 menjadi 5,0% dan penurunan Giro Wajib Minimum 2 kali menjadi 5,5%, diharapkan dapat turut mendorong momentum pertumbuhan.

"Respon perbankan, termasuk perbankan di Jawa Barat, terhadap kebijakan Bank Indonesia sudah cukup baik, terlihat dari penurunan rata-rata suku bunga, terutama suku bunga simpanan, sementara penurunan suku bunga kredit masih terbatas," ujar Doni.

Penguatan dari sisi moneter ini juga didukung oleh pelonggaran kebijakan makroprudensial.

Ketentuan rasio uang muka kredit telah diturunkan untuk mempermudah kepemilikan rumah dan kendaraan, termasuk yang ramah lingkungan. Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) kembali diperlonggar, untuk fleksibilitas manajemen likuiditas dan memperluas pendanaan perbankan.

Pada 2020, kebijakan makroprudensial akomodatif akan diperluas untuk pengembangan UMKM dan sektor prioritas, termasuk ekspor dan pariwisata yang tentunya dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha di Jawa Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper