Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: 60% Kredit Korporasi di Jabar Ditarik dari Luar Negeri

Sekitar 60% total kredit korporasi di Jawa Barat merupakan utang luar negeri yang ditarik dalam mata uang asing.
Euro, dolarHong Kong, dolar AS, yen Jepang, Pound sterling, dan yuan China./Reuters-Jason Lee
Euro, dolarHong Kong, dolar AS, yen Jepang, Pound sterling, dan yuan China./Reuters-Jason Lee

Bisnis.com, BANDUNG--Sekitar 60% total kredit korporasi di Jawa Barat merupakan utang luar negeri yang ditarik dalam mata uang asing.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Doni P. Soewono menuturkan kredit dalam mata uang asing tersebut umumnya ditarik oleh perusahaan asing yang berinvestasi di Jawa Barat.

Umumnya, utang tersebut berasal dari parent company (induk usaha) atau bank di luar negeri. Doni mengaku khawatir dengan kondisi tersebut. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) telah mengadakan stress test kecil dimana hasilnya perusahaan tersebut akan bergejolak.

"Kalau nilai rupiah itu Rp15.000, maka itu akan berdampak pada korporasi yang ada di sini [Jawa Barat] karena sebagian besar itu adalah pinjaman luar negeri," ujar Doni selepas Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Jawa Barat, Kamis (12/12/2019).

Doni berharap bank-bank nasional yang beroperasi di Jawa Barat dapat menyadari kondisi ini dan berupaya untuk mengembangkan usahanya.

Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Barat Pribadi Santoso menjelaskan tingginya dominasi utang luar negeri di Jawa Barat disebabkan oleh banyaknya investor asing yang masuk ke wilayah ini. Alhasil, ini merupakan konsekuensi dari aliran penanaman modal asing (PMA).

"Karena industrinya PMA dan high-tech gitu," kata Pribadi. Seperti diketahui, Jawa Barat selalu menjadi daftar teratas tujuan PMA. Pada 2018, Jawa Barat menempati urutan kedua untuk perolehan PMA dengan total US$1.034 juta atau setara dengan 2.579 proyek.

Dari data BI, utang luar negeri (ULN) swasta saat ini tumbuh melambat pada kuartal III/2019, dibandingkan kuartal sebelumnya. Posisi ULN swasta pada akhir kuartal III/ 2019 tumbuh 10,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 11,3% (yoy).

Menurut BI, perlambatan ULN swasta tersebut terutama disebabkan oleh penurunan ULN Bank. Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), sektor industri pengolahan, serta sektor pertambangan dan penggalian.

"Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 75,4%," tulis BI dalam laporan ULN kuartal III/2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler