Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

7.711 Anak Kota Bandung Cetak ORI Bermain Permainan Tradisional

Sebanyak 7.711 anak yang terdiri dari siswa Taman Kanak Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung mencatatkan rekor bermain permainan tradisional pada Festival Bandung Ulin, di Stadion Sidolig, Jalan Ahmad Yani, Rabu (28/8). Rekor ini memperoleh penghargaan dari Original Rekor Indonesia (ORI).
Sebanyak 7.711 anak yang terdiri dari siswa Taman Kanak Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung mencatatkan rekor bermain permainan tradisional pada Festival Bandung Ulin, di Stadion Sidolig/Bisnis-Dea Andriyawan
Sebanyak 7.711 anak yang terdiri dari siswa Taman Kanak Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung mencatatkan rekor bermain permainan tradisional pada Festival Bandung Ulin, di Stadion Sidolig/Bisnis-Dea Andriyawan

Bisnis.com, BANDUNG — Sebanyak 7.711 anak yang terdiri dari siswa Taman Kanak Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung mencatatkan rekor bermain permainan tradisional pada Festival Bandung Ulin, di Stadion Sidolig, Jalan Ahmad Yani, Rabu (28/8). Rekor ini memperoleh penghargaan dari Original Rekor Indonesia (ORI).

Penghargaan ini diberikan kepada Pemerintah Kota Bandung atas prestasi Penyelenggara Utama Permainan Tradisional Cingciripit, Surser dan Perepet Jengkol dengan peserta terbanyak di Indonesia.

Pada acara tersebut juga diberikan penghargaan kepada Wali Kota Bandung, Oded M Danial atas prestasi sebagai Pendukung Utama Permainan Tradisional Cingciripit, Surser dan Perepet Jengkol dengan peserta terbanyak di Indonesia pada acara Festival Bandung Ulin.

Pelaksana Harian Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menilai, acara ini dapat mengenalkan kembali anak-anak era kini kepada permainan zaman dahulu yang memiliki nilai filosofis kebersamaan, tenggang rasa dan solidaritas.

"Permainan ini juga memiliki nilai olahraga. Sehingga bisa mereduksi kedekatan berlebih anak dengan ponselnya," ujar Yana.

Ia berharap, permainan tradisonal ini tidak hilang ditelan zaman, karena dengan permainan tradisional, anak-anak akan merasa bahagia tanpa meninggalkan sisi sosialisasinya.

"Kalau anak-anak sekarang dengan permainan di gawainya. Mereka bahagia iya, senang iya, tapi nilai sosialisasinya hilang. Nah, ini yang harus kita hindari," papar Yana.

Mengenai arus teknologi informasi yang menerpa anak-anak era kini, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung Hikmat Ginanjar menyebutkan, sudah menjadi peran masyarakat dewasa (orang tua, guru, serta Disdik Kota Bandung dari pihak Pemerintah) untuk memberikan rambu-rambu agar hadirnya teknologi informasi di dunia anak dapat menghasilkan lebih banyak manfaat.

"Misalnya dengan mengedukasi siswa akan permainan tradisional. Kalau kita lihat, permainan tradisional dalam acara ini mengandung banyak filosofis yang mengajarkan peserta didik cara bersosialisasi," ujar Hikmat.

Selain itu, ia juga menyebutkan saat ini Pemkot Bandung melalui Dinas Pendidikan memiliki Kurikulum Masagi. Di dalamnya memberikan stimulan mengenai pendidikan karakter, peduli lingkungan, religius dan budaya lokal. (K34)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper