Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis.com, JAKARTA — Facebook Inc. tengah mempertimbangkan untuk memasang larangan bagi pengguna fitur video live. Langkah tersebut diambil setelah video penembakan di Selandia Baru banyak beredar pada awal bulan ini.

Perusahaan media sosial asal AS itu banyak mendapat kritik tajam dari masyarakat karena tidak mengambil langkah yang sigap untuk menghapus video mengerikan tersebut. Sehingga, video itu tersebar luas di dunia maya dan diunggah ke platform lain seperti YouTube.

Facebook sebelumnya menyampaikan bahwa video orginal yang memperlihatkan pembunuhan atas 50 orang di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, telah dilihat lebih dari 200 orang selama 17 menit pertama video tersebut ditayangkan secara live.

Kendati Facebook menutup video tersebut saat 12 menit menjelang video live-nya berakhir, video naas itu telah tersebar kemana-mana dan diedit ulang, sehingga sistem yang dimiliki perseroan kesulitan memblokirnya.

“Itulah mengapa kami harus bekerja lebih lagi. Beberapa pekan terakhir, kami juga membuat perubahan untuk proses review untuk membantu kami meningkatkan respon untuk video seperti itu di masa depan,” kata Direktur Operasional Facebook Sheryl Sandberg melalui blog, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (30/3/2019).

Sanberg menambahkan, Facebook juga akan mempertimbangkan faktor seperti “standardisasi komunitas mengenai kekerasan” dalam menentukan siapa saja pengguna yang bisa menggunakan fitur live.

Untuk itu, Facebook akan berinvestasi di riset untuk membangun teknologi yang lebih baik sehingga bisa lebih cepat mengidentifikasi versi editan dari video dan gambar kekerasan, serta mencegah pengguna menyebarluaskannya.

Adapun, Facebook telah mengidentifikasi lebih dari 900 video berbeda yang menunjukkan sebagian adegan yang ada di dalam video aslinya.

“Facebook juga mengambil langkah tegas untuk menghapus kebencian dari platform dan menggunakan artificial intelligence untuk mengidentifikasi dan menghapus kelompok kebencian di Australia dan Selandia Baru,” kata Sanberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper