Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melepas pengiriman sayuran untuk diekspor ke Singapura, Hong Kong dan Brunai Darussalam/Bisnis-Dea Andriyawan
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melepas pengiriman sayuran untuk diekspor ke Singapura, Hong Kong dan Brunai Darussalam/Bisnis-Dea Andriyawan

Bisnis.com, BANDUNG — Mengawali kinerja di 2019, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman melepas pengiriman sayuran untuk diekspor ke Singapura, Hong Kong dan Brunai Darussalam, di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (3/1).

Menteri Amran menyebut ekspor tanaman holtikultura dari kawasan Bandung memang sangat besar, pasalnya, kondisi alam di sekitar Bandung berpotensi menghasilkan produk pertanian yang besar.

Ia mengatakan, kondisi saat ini, volume produksi tanaman holtikultura secara nasional sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan, saat ini sejumlah negara sudah menjadi tujuan ekspor produk pertanian Indonesia. 

Padahal, sebelumnya, pemenuhan sejumlah komoditas pertanian di dalam negeri harus dipenuhi dengan impor dari Australia dan Amerika.

“Ini sejarah baru untuk sayur di Indonesia ini yang dulunya supermarket diisi oleh Australia dan Amerika sekarang diisi oleh petani lokal,” jelasnya saat ditemui usai pelepasan.

Selain itu, Amran juga menjelaskan kinerja sektor pertanian saat ini berkontribusi cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data BPS, akumulasi kinerja ekspor pangan pada 2018 lalu naik hingga 29%. Belum lagi sejumlah komiditas pertanian mampu menekan tingkat inflasi dari yang asalnya 10,56% pada 2014 kini bisa ditekan menjadi 1,26% pada 2017.

“Prestasi penurunan inflasi ini sulit ditemukan dalam sejarah, karena biasanya menggerakan inflasi 0,1 sampai 0,5 persen itu sulit. Kami sudah laporkan ke Bapak Presiden bahwa sektor pertanian berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Selanjutnya, pada sektor investasi pun mampu dikerek hingga 110% bila dibandingkan pada 2013 lalu, bahkan kontribusi sektor pertanian mampu meningkatkan PDB Hingga 47,2% atau dengan nilai Rp 1.400 triliun.

“Itu (PDB) kurang lebih 500 triliun kenaikannya,” sebutnya.

Oleh karena itu, dengan sejumlah torehan di sektor pertanian ini semakin membuktikan bahwa kinerja pemerintahan Jokowi-JK mampu menggenjot peningkatan swasembada pertanian yang mampu mengembalikan keadaan dari yang semula mengimpor produk, kini mampu mengekspor.

"Ekspor ini pun membuktikan produk pertanian Indonesia makin diakui dan diterima di luar negeri. Ke depan untuk meningkatkan produksi dan volume ekspor, kami support mitra disini, kami bantu bibit dan lainya,” jelasnya.

Bahkan tambah dia, pihaknya kini tengah berupaya merekrut 1 juta petani milenial untuk mendukung kualitas maupun kuantitas produk pertanian dalam negeri. Melalui Gempita (Gerakan Pemuda Tani) saja, pihaknya mengklaim sudah merekrut 400.000 an petani muda.

Hal ini menurutnya semakin menunjukan bahwa dunia pertanian saat ini memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. 

“Sekarang, Politeknik pertanian, dulu diajak (masuk) saja sulit, sekarang dari 900 (peminat) menjadi 13.000 (peminat) naik 1.200 persen, kemudian untuk perguruan tinggi di seluruh Indonesia meningkat 46 persen sesuai data dikti,” jelasnya.

Kedepan, mimpi besar Amran, kegiatan pertanian di tangan generasi milenial mampu dimaksimalkan dengan pemanfaatan teknologi.

“Semua menggunakan teknologi, olah tanah, tanam, panen, processing, kalau perlu menggunakan remot untuk menggunakan alat pertanian,” tandasnya.

Sementara itu, Direktur Pemasaran dan Pengembangan Cv. Fortna Agro, Davy Rusly mengatakan, jumlah sayur yang diekspor ke tiga negara tersebut adalah 1,5 ton.

Di lahan seluas 7 hektare tersebut, Davy dan kawan-kawan mampu menghasilkan 2-3 ton sayuran per harinya. Tanaman tersebut baik berupa tanaman daun, tomat, lanu, timun, kacang-kacangan dan sayuran lainnya.

Perusahaannya sendiri mampu mengekspor satu kali dalam seminggu. Usaha pertaniannya ini sudah digeluti selama 13 tahun.

“Kita sudah 13 tahun, ini membuktikan bahwa produksi dalam negeri mampu bahkan hingga ekspor ke luar negeri,” katanya.

Dalam perjalannya, pihaknya juga melakukan transfer knowledge kepada masyarakat sekitar lokasi pertanian yang mayoritas memang berpeofesi petani.

“Kita melakukan transfer knowledge, cara berbudi dayanya, panennya, supaya hasilnya semakin bertambah baik,” ujarnya.

Ia mengatakan, nilai investasi pada penerapan sistem pertanian Hidroponik NFT dan substrat ini senilai Rp 5 miliar per hektar. Dengan volume produksinya ini, pihaknya mampu memasok kebutuhan sayuran untuk kawasan Jabotabek, Cirebon, Bandung Raya, dan Tegal.

“Pertanian kita ada juga di Sentul Bogor, Arjasari Kabupaten Bandung dan di Lembang ini,” tandas dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper