Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memaknai Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat

Nilai tukar rupiah terus bergejolak beberapa waktu ini berdampak bagi ekonomi nasional. Pada triwulan II/2018, ekonomi Indonesia tumbuh 5,27% dibandingkan triwulan II/2017 (year on year). Ekonomi di triwulan ini tertahan impor yang meningkat tajam. Ekspor tidak dapat mengimbangi lonjakan impor akibat harga komoditas yang terus bergejolak.

Pertumbuhan nasional pada triwulan II/2018 menunjukkan adanya  akselerasi jika dibandingkan terhadap triwulan sebelumnya yang mencapai 5,06%. Pertumbuhan ini didorong oleh industri pengolahan yang tumbuh 3,97%. Tumbuhnya industri nasional ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan industri di Jawa Barat.

Jawa Barat merupakan sentra industri pengolahan di Indonesia. Pada triwulan II/2018 ini ekonomi Jawa Barat tumbuh sebesar 5,65%. Lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan  nasional,  namun lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan Pulau Jawa (5,69%). 

Ekonomi Jawa Barat

Industri pengolahan memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian Jawa Barat. Terlihat dari melambatnya ekonomi Jawa Barat triwulan II/2018 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,96%. Perlambatan terjadi karena industri pengolahan pada triwulan II melambat dari 7,35% pada triwulan I/2018 menjadi 6,57%. 

Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada lapangan usaha perdagangan dari 5,21% pada triwulan I/2018 menjadi 4,98%. Ke% persen dan perdagangan sebesar 15%. 

Jika dilihat dari sisi demand, ekonomi Jawa Barat masih digerakkan oleh pengeluaran konsumsi rumahtangga. Konsumsi rumahtangga merupakan pendorong utama perekonomian Jawa Barat (65,12%).. Tentunya, sebagai provinsi dengan penduduk terbanyak di Indonesia (18,5%) konsumsi penduduk Jawa Barat (48,63 juta jiwa) akan mendapat porsi kue perekonomian terbesar di Jawa Barat.

Laju pertumbuhan konsumsi rumahtangga mengalami akselerasi dari 4,82% (triwulan II/2017) menjadi 5,09% di triwulan II/2018. Peningkatan ini tak lepas dari fenomena bulan ramadan, lebaran dan liburan sekolah. Sudah menjadi fenomena umum bahwa di saat momen tersebut konsumsi rumah tangga meningkat tajam. 

Selama tahun 2018 kita melihat kinerja pemerintah dalam mengendalikan inflasi cukup baik, sehingga tidak terjadi inflasi yang tinggi di saat permintaan pasar sangat besar. Inflasi relatif terkendali jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017, dimana inflasi Januari-Juni sebesar 2,74%. Adapun pada periode yang sama di tahun 2018 hanya mencapai 2,21%. 

Perbaikan pendapatan juga disinyalir menjadi penyebab meningkatnya konsumsi rumah tangga. Kita bisa lihat di tingkat petani terjadi perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP). Terjadi peningkatan NTP secara year on year dari 104,46 pada Juni 2017 menjadi 108,57 pada Juni 2018 (naik 3,93%). Di sisi lain pendapatan buruh juga relatif meningkat secara year on year, baik untuk buruh tani maupun buruh bangunan. Data BPS menunjukkan adanya peningkatan upah buruh tani sebesar 4,58% dan upah buruh bangunan sebesar 2,63%. 

Penopang peningkatan pendapatan lainnya adalah pendapatan penduduk yang bekerja pada sektor formal. Pada triwulan II/2018 ini ada peningkatan pendapatan dampak dari tunjangan dan bonus hari raya. Demikian halnya ASN/TNI/POLRI yang memperoleh gaji ke-14 pada bulan Juni 2018.

Selain konsumsi rumah tangga, konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumahtangga (LNPRT) juga tumbuh signifikan. Secara year on year tumbuh tinggi dari 3,26 pada triwulan I/2017 menjadi 19,18% pada triwulan II/2018. Fenomena peningkatan konsumsi  LNPRT terkait dengan adanya perhelatan politik (17 pilkada), perayaan keagamaan (ramadan dan lebaran) serta kejadian bencana alam (163 bencana).

Konsumsi pemerintah pun secara year on year meningkat tajam mencapai 10,81%. Dampak dari meningkatnya belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja bantuan sosial. Gaji ke-14 baik bagi pegawai aktif maupun pensiunan meningkatkan belanja pegawai cukup tinggi. Biayai pilkada serentak pun meningkatkan belanja pemerintah. Kemudian adanya bencana sepanjang 2018 juga memberi andil meningkatnya belanja sosial pemerintah.

Selain digunakan untuk konsumsi, produksi barang dan jasa di Jawa Barat juga digunakan untuk investasi. BPS mencatat indikator investasi adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan inventori. Presiden Joko Widodo mencanangkan tahun 2018 sebagai tahun pembangunan infrastruktur, dilaksanakan secara masif dan merata. Secara kumulatif, sampai dengan semester I/2018 PMTB telah meningkat sebesar 7,57%. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 tumbuh dua kali lipat, dimana pada semester I/2017 hanya tumbuh 3,62%. Berbeda dengan PMTB, inventori mengalami penurunan secara year on year sebesar 5,68%. Pada kondisi demand tinggi dan supply mengalami perlambatan pertumbuhan maka perubahan inventori akan mengalami penurunan, karena inventori digunakan untuk memenuhi demand yang tinggi.  

Produksi barang dan jasa di Jawa Barat berorientasi ekspor. Sebanyak 98,82% barang yang diekspor ke luar negeri adalah hasil industri pengolahan. Dengan komoditas ekspor terbesar adalah kendaraan dan bagiannya, mesin/peralatan listrik serta mesin/pesawat mekanik dan negara tujuan utama adalah Amerika Serikat, Jepang dan Thailand. Selama Januari - Juni 2018 nilai ekspor luar negeri Jawa Barat mencapai US$14,62 miliar (meningkat sebesar 7,02%). Indikator ekspor dan impor antar daerah (ke dan dari  luar provinsi) pun meningkat cukup tinggi sebagai dampak momen ramadan dan lebaran.

Impor merupakan indikator pengurang dalam PDRB. Tumbuh cukup tinggi di triwulan II/2018. Nilai impor inilah yang menahan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat berada pada level 5,65% di triwulan II/2018. Fluktuasi harga komoditas utama impor memberi dampak pada berfluktuasinya impor luar negeri ke Jawa Barat. 

Jika dicermati hampir seluruh komponen pengeluaran dalam perekonomian (PDRB) Jawa Barat tumbuh dinamis dan signifikan. Perlu upaya menjaga harga komoditas dan inflasi agar konsumsi rumah tangga terkendali, mengingat besarnya peranan dalam perekonomian. Regulasi dan peraturan diperlukan agar industri Jawa Barat dapat terus tumbuh mengandalkan produk lokal, meminimalisir impor dan meningkatkan ekspor. Semoga pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah dapat terwujud di tahun ini. Infrastruktur yang baik harapannya aktivitas ekonomi dapat tumbuh dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan seluruh lapiran masyarakat di Jawa Barat.***  

Penulis:

Yuni Anggorowati

Statistisi Madya di BPS Prov. Jawa Barat

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ajijah
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler