Bisnis.com, BANDUNG — Impor non migas Jawa Barat masih dikuasai oleh China dengan nilai US$329,21 juta. Kemudian negara lainnya yakni Korea Selatan senilai US$157,15 juta, disusul Jepang senilai US$148,59 juta.
“Dengan peran masing-masing secara kumulatif Januari-Mei sebesar 30,06 persen, 14,37 persesn dan 16,11 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat Dody Herlando, di Kantor BPS Jawa Barat, Senin (2/7).
Menurutnya, nilai impor Jawa Barat Mei 2018 secara keseluruhan mencapai US$1,23 miliar atau naik 1,49% dibanding April 2018 yang sebesar US$1,21 miliar.
Impor non migas Mei 2018 mencapai US$1,04 miliar atau naik sekitar 4,08% dibanding April 2018 yang tercatat sebesar US$1,00 miliar. impor migas turun sebesar 11,09%, dari US$205,70 juta menjadi US$182,89 juta.
Secara year-on-year (periode Mei 2017 terhadap Mei 2018), nilai impor migas tertinggi Jawa Barat tercatat pada April 2018 senilai US$205,70 juta, sedangkan terendah senilai US$46,00 juta terjadi pada Mei 2017. Sementara itu nilai impor non migas tertinggi tercatat pada Juli 2017 senilai US$1,07 miliar, sedangkan nilai terendah US$0,60 miliar pada Juni 2017.
Nilai impor non migas dari 10 golongan barang utama bulan Mei 2018 tercatat senilai US$721,32juta atau naik 5,69% dibanding April 2018. Hampir seluruh kelompok barang utama mengalami peningkatan, kecuali tiga (3) kelompok: Mesin/Pesawat Mekanik, Kapas, serta Besi dan Baja yang turun masing-masing sebesar 8,68%, 2, 57 dan 6,89%.
Secara year-on-year dan kumulatif Januari-Mei, tujuan penggunaan barang impor Mei 2018 seluruhnya menunjukkan pertumbuhan positif, kecuali peruntukan sebagai Barang Modal seluruh aspeknya menunjukkan penurunan.
Perkembangan volume impor Mei 2018 dibanding bulan sebelumnya, menunjukkan penurunan sebesar 0,19%, hal ini disebabkan oleh turunnya volume impor migas yang mencapai 11,21% dengan kontribusi sebesar 54,25%, sedangkan volume impor non migas naik sebesar 20,21% dengan kontribusi terhadap total sebesar 45,75%.